Saturday, December 28, 2013

JAMU, SENI PENGOBATAN ALAMI INDONESIA

JAMU, SENI PENGOBATAN ALAMI INDONESIA

Jamu merupakan istilah untuk ramuan herba berkhasiat penyembuh tertentu yang mencerminkan seni budaya dan ilmu pengobatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Kepulauan Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau, dengan tanah yang paling subur di dunia dan jutaan hektar hutan hujan ini, maka tidaklah mengherankan bahwa sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan tanaman tumbuh di Indonesia. Sungguh Indonesia merupakan kawasan yang memiliki paling banyak ke-anekaragam-an di dunia

Memahami tanaman atau tumbuhan yang berkhasiat kuratif sejak lama menjadi satu disiplin ilmu dalam sejarah Indonesia yang mengajarkan pengetahuan tentang pengobatan yang menjadi sebuah tradisi bangsa Indonesia yang dikenal sebagai pengobatan jamu. Pengobatan jamu menggunakan pendekatan holistik dalam proses penyembuhan seseorang. Selain menggunakan tumbuhan dan tanaman, pengobatan jamu juga menggabungkan cara lain seperti pijat, shiatsu, cerita rakyat kuno serta meditasi

Jamu, sebuah istilah yang agak asing bagi orang Barat, merupakan bagian dari satu sistem terpadu antara kesehatan dan kecantikan bathin dan jasmani yang meliputi jamu minum, bubuk, pil, salep, lotion, pijat dan jampi-jampi kuno yang dipraktekkan oleh rakyat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu

Pembuatan jamu merupakan salah satu tradisi kuno Indonesia yang sekarang telah memudar semenjak setengah abad yang lalu. Hingga awal abad 20, tradisi membuat pakaian dan kain dengan tangan, bermain gamelan tradisional musik, ngidung (menyanyikan lagu tradisional tua dalam bahasa Jawa, lagu-lagu yang penuh dengan pelajaran hidup), melakukan tarian tradisional, serta pembuatan jamu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia. Ini pernah mejadi pola hidup santai yang bersifat holistik bagi kebanyakan keluarga Indonesia dalam menjalani kehidupan mereka yang sederhana.

Tradisi menggunakan tumbuhan dan tanaman sebagai obat herbal untuk jamu diyakini dimulai pada zaman kerajaan-kerajaan Indonesia, terutama kerajaan di Jawa Tengah sekitar dua belas abad yang lalu. Namun sebenarnya penggunaan tumbuhan dan tanaman itu sendiri dimulai jauh sebelumnya, kembali pada zaman batu (neolitik) yang dibuktikan dengan adanya beberapa artefak di Museum Nasional Jakarta seperti mortir dan batu penggiling yang meyakinkan penggunaan alat-alat ini dalam mempersiapkan ramuan jamu herbal ribuan tahun yang lalu.

Dua kerajaan di Jawa Tengah; Kraton Yogyakarta (Yogya) dan Kraton Surakarta (Solo) telah diyakini menjadi pusat perkembangan jamu zaman dahulu. Mereka memiliki sumber daya untuk mengumpulkan bahan-bahan jamu dari semua pelosok kepulauan Nusantara, serta kemampuan untuk membangun hubungan dagang dengan Cina, India dan Arab. Oleh karena itu, beberapa bahan jamu tidak asli Indonesia, tetapi dibudidayakan setelah dibawa oleh para pedagang ke Indonesia.

Kraton-kraton ini juga memiliki kemampuan untuk mengumpulkan, menciptakan, menguji, dan merekam berbagai resep, yang dilakukan oleh tim herbalis yang berpengalaman untuk memenuhi kebutuhan keluarga kerajaan dalam menjaga kesehatan dan kesembuhan penyakit mereka. Koleksi resep jamu ini diwariskan dari generasi ke generasi. Sebagian dari resep=resep jamu itu diselundupkan keluar kraton dan digunakan oleh masyarakat umum untuk mengobati berbagai penyakit umum. Diyakini bahwa resep kraton selalu sangat ampuh dan tidak pernah gagal untuk menyembuhkan satu penyakit. Beberapa resep kuno masih diproduksi dan dipasarkan di dunia komersial modern hari ini..

Para herbalis di luar kraton juga memainkan peran penting dalam mengembangkan tradisi jamu. Para herbalis yang belum secanggih herbalis kraton ini melakukan pekerjaan mereka dalam menyembuhkan orang biasa. Mereka mengajari orang mengenali tumbuhan dan tanaman, cara membuat ramuan jamu sederhana di rumah, dan bahkan menunjukkan cara menanam beberapa tumbuhan berkhasiat di halaman rumah. Inilah saat dimulainya tradisi membuat jamu di rumah. Keterampilan mempersiapkan resep jamu rumahan selalu menjadi kebanggaan setiap rumah tangga pada saat itu. Hampir setiap rumah tangga tahu bagaimana caranya untuk menyembuhkan penyakit umum seperti influenza, batuk, diare, kehilangan nafsu makan, nyeri otot dan pegal-pegal, dan sebagainya, menggunakan ramuan jamu sederhana. Dalam kasus-kasus di mana kondisi memburuk, para herbalis itu selalu siap untuk member bantuan..


Sejak zaman kuno membuat jamu siap pakai juga dijual oleh pedagang di pasar tradisional dan pintu ke pintu yang ditawarkan oleh penjaja “jamu gendong”, yakni seorang wanita yang membawa keranjang berisi ramuan jamu populer di punggungnya. Jamu umum yang dijual oleh penjual jamu adalah tonikum untuk menjaga tubuh bugar dan sehat seperti jamu beras kencur, jamu pegal linu, jamu jahe telor madu, untuk pria maupun wanita. Saat ini jamu gendong masih eksis, dan menjadi ikon tradisi jamu di Indonesia

Sekarang, seperti yang disebutkan sebelumnya, tradisi membuat jamu telah menjadi industri yang tumbuh sangat cepat yang dipelopori oleh beberapa pembuat jamu di masa lalu yang kemudian mampu membangun industri rumah mereka menjadi pabrik jamu modern dengan sistem manajemen yang handal. Produk mereka berjumlah jutaan unit dengan ribuan varietas telah terdistribusikan dengan baik ke seluruh wilayah Nusantara bahkan telah memasuki pasar global. Cara tradisional dalam membuat jamu telah menghilang, memudar oleh kesibukan dunia generasi masa kini di mana waktu menjadi lebih penting dan kemudahan untuk minum jamu menjadi hak setiap orang


No comments:

Post a Comment